Entah kenapa pengin banget nulis tentang ini, apalagi setelah pengalaman
kemarin. .mendampingi adik-adik PMR lomba. .
Ya, meskipun bingung harus mulai darimana untuk bercerita tentang
pengalaman saya menjadi pelatih ekskul di beberapa sekolah (terutama SMP). .
Emm, saya Marina ,
seorang mahasiswi di sebuah universitas negeri di kotaku (hanya ada 1
universitas negeri di kotaku, yg lain swasta), mengambil jurusan pendidikan
MIPA, tepatnya prodi Biologi, di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Alhamdulillah di tempat saya kuliah, Tuhan menuntun saya hingga (singkat cerita),
saya menjadi salah satu anggota dari 2 UKM : Pramuka dan KSR. Dari kedua UKM
tsb, saya mendapat pengalaman yang cukup berharga (menurut saya), apalagi yang
berhubungan dengan cita-cita dan jurusan kuliah saya. .It’s about : GURU J
Apa hubungannya UKM dengan
guru?? Ok, begini ceritanya. .Berkat kedua UKM tsb, saya mendapat kesempatan
untuk menjadi pelatih ekskul di sekolah-sekolah. Ada yang sifatnya cuma
membantu, tapi ada pula sekolah yang meminta saya menjadi pelatih tetap.
Singkat cerita, lebih dari setahun ini
saya melatih PMR di sebuah SMP negeri (meskipun tidak terlepas dari bantuan
teman-teman dan senior) dan lebih dari dua tahun belajar menjadi ”guru” ekskul
Pramuka di sebuah SMP swasta. Saya bersyukur mendapat kesempatan tsb, dan di
dalam melaksanakan tugas tsb, banyak hal baru yg dapat saya temui. .
Awalnya, saya merasa canggung
untuk berdiri di depan siswa/i SMP tsb (bahkan hanya untuk berkenalan). Waktu
itu saya masih ditemani senior. Namun, setelah beberapa kali pertemuan, saya
sudah merasa lebih santai dalam menyampaikan materi dan lebih lancar berbicara
di depan umum (maklum saya termasuk orang yang pendiam, hehe). Di sini, saya
berpikir, kalau KEMAMPUAN BERBICARA ITU PERLU DILATIH JUGA YA ;p
Kemudian, seiring berjalannya
waktu, saya semakin mengenal adik-adik SMP tersebut, dan betapa bahagianya
(maaf, mungkin lebih dari rasa bahagia, ada suatu rasa yang gimanaaa gitu) saat
adik-adik itu tiap ketemu saya langsung menyalami (berasa jadi guru, hehe),
apalagi kalau misalnya saya ijin pada suatu pertemuan, kemudian pertemuan
berikutnya masuk, sambil memeluk saya terus adik-adik bilang : Kak Mar ke mana
kemarin kok gag masuk, aku kangen banget loh.., atau: Mbak Marina, kemarin kok
yang ngajar bukan mbak e, aq maunya sama mbak aja, hehe. . .;’) Memang ya,
benar kata pepatah : TAK KENAL MAKA TAK SAYANG
Lama-kelamaan menjadi bagian
dari sekolah tsb (meski hanya bagian yang sangat kecil), saya mulai kenal
dengan yang namanya ”sekolah” (kayak gag pernah sekolah aja, haha), melihat
karakteristik masing-masing sekolah, guru-gurunya, siswa/i nya, dsb. .Membuat
saya semakin mantap untuk menjadi GURU, ;p
Mulai mengenal karakteristik
masing-masing guru, dan menyadari, bahwa gurupun juga manusia, sehingga
bermacam karakteristiknya, dan dari mereka saya belajar. .
- Pak J, seorang kepala sekolah. Pemimpin yg TOP BGT
dah (yaa, berdasarkan pengalaman saya selama ini menjadi ”anak buah”nya,
hehe). Meskipun beliau seorang kepsek, tapi beliau tidak sombong dan
sangat menghargai orang lain. Bahkan, awalnya saya dan teman-teman sesama
pelatih ekskul tidak mengerti bahwa beliau seorang kepsek. Bagaimana
tidak?? Sewaktu ekskul berlangsung, beliau menyempatkan diri melihat
anak-anak yang sedang ekskul. Setelah ekskul selesai, beliau mau menyapa
kami dan mengobrol dengan kami. Intinya, beliau peduli banget sama
kegiatan ekskul siswa/i nya dan juga pelatih yang diundangnya. Padahal,
guru lainpun jarang sekali menyapa kami, dan mungkin hanya beberapa yang
mengetahui kegiatan ekskul apa saja yang ada di sekolahnya. Saya dan
teman-temanpun kadang diminta untuk ”mampir” di ruang kepsek untuk ngobrol
dan dijamu (meskipun hanya minuman dan snack), beliau ingin mengetahui
perkembangan siswa/i nya yang ikut ekskul, dan bahkan tidak jarang beliau
justru meminta pendapat kami demi kemajuan sekolah melalui ekskul-ekskul
yang ada. Dari cerita beliaupun saya dan teman-teman baru mengetahui,
bahwa bapak kepsek ini rela datang ke univ untuk mengajukan
kerjasama/meminta pelatih untuk kegiatan ekskul di sekolahnya. Wow, kalau
bahasa kerennya : gila coy, PEMIMPIN YANG MAU TURBA (TURUN BAWAH) demi
kemajuan organisasinya. Padahal, kalau setahu saya selama ini, kepsek
cukup mengutus guru/siswa untuk mengirimkan surat permohonan pelatih ke
UKM Univ. Subhanallah. .
- Mr. A, guru senirupa sekaligus pembina ekskul di
sekolahnya. Banyak disayangi siswa/i nya. Setahu saya, selama bekerjasama
dengan beliau, beliau orang yang sabar, tidak pernah marah meskipun
siswa/i nya lebih sering rame di kelas daripada memperhatikan pemateri,
easygoing/suka bercanda, dan yang paling penting: BELIAU SEPERTI AYAH BAGI
SISWA/I NYA, bahkan sikapnya ke saya dan teman-teman pemateri yang lain. Beliau
tidak suka marah, dan hal itulah yang menyebabkan siswa/i lebih mudah
merasa dekat dengan beliau. Bahkan, lebih sering beliau menggunakan metode
permainan dalam kegiatan ekskul sehingga adik-adik lebih tertarik untuk
ekskul. Bagi beliau, kenyamanan anak didiknya nomer 1, materi ekskul nomer
2, karena kalau adik-adik sudah nyaman, pasti mau belajar dari hati. .Mungkin,
kalau orang yg belum kenal beliau akan berpendapat bahwa beliau seorang
yang terlalu santai, mana mungkin bisa memajukan ekskul yang dibinanya.
.Eits, tapi pendapat tsb langsung bisa dipatahkan segera setelah kita
melihat hasil prestasi adik-adik ekskul binaannya. Memang beliau orang
yang santai, namun serius dalam mewujudkan citacita (kurang lebih seperti
itu saya melihatnya). BELIAU MENCINTAI EKSKUL DAN SISWA/I NYA. Siswa
diberi kebebasan saat ekskul, namun yang membuat saya tak habis pikir,
meskipun adik-adik itu rame dan suka ”gojeg” saat ekskul, namun saat akan
dilombakan/ persiapan kegiatan tertentu, mereka bisa serius. . .dan
hasilnya pun MEMUASKAN, ckckckck, saya jadi berpikir, nanti kalo misalnya
saya jadi guru sekaligus pembina ekskul, BISAKAH SAYA SEPERTI ITU??
Membina bukan hanya karena tanggungjawab, tetapi karena cinta. . .;)
Seperti Mr. A yang rela berkorban demi kemajuan ekskulnya, rela mengorbankan
tenaga, waktu, pikiran, dan bahkan. .materi. Setahu saya, beliau masih
melanjutkan studi S2 nya, namun beliau tak pernah lupa mengurus ekskulnya
(padahal lebih dari 1 ekskul loh), selain itu, rela pulang larut malam
demi tugasnya. .Saya merasa bersalah saat saya (terpaksa) harus ijin dari
ekskul karena jadwal saya yang lain. .Pengalaman yang membuat saya
semakin. . .gimana gitu. .saat beliau menggendong seorang adik yang
menangis dan drop saat tidak mendapat piala di sebuah perlombaan. .He is a
really father. . hehehe
Begitulah, sekelumit pelajaran
yang dapat saya ambil. . Dari pengalaman tsb, timbul pikiran saya : menjadi
seorang guru mungkin bisa dilakukan oleh banyak orang, namun menjadi GURU YANG
DISAYANGI, DIKANGENIN, DIHARGAI SISWA/I NYA, BERMANFAAT BAGI SESAMA (terutama
organisasinya) itu.. tidak semudah membalik telapak tangan. Perlu keikhlasan
dan ketulusan hati, serta kegigihan memperjuangkan tujuan yang baik. .Kalo saya
jadi guru nanti (Insya Allah), saya mau menjadi seperti mereka, atau bahkan
lebih baik dari mereka. .
*cerita di atas adalah gambaran yang hanya menurut
sepengetahuan dan pengalaman saya, jika ada yang kurang setuju, monggo-monggo
saja. . ;)
0 komentar:
Posting Komentar