Menjadi
seorang ibu adalah impian setiap wanita, dan aku bersyukur Allah membuatku mendapatkannya.
Sekedar
berbagi cerita tentang pengalaman pertama melahirkan nih. .niatnya buat
pengingat di suatu saat nanti dan juga siapa tau bermanfaat untuk para pembaca,
hehe. . .
Sepuluh
hari menjelang HPL, saya sudah mengambil cuti untuk persiapan melahirkan.
Selama sepuluh hari itu saya manfaatkan benar-benar. Beli pakaian bayi,
selimut, bedong, korset untuk pasca
melahirkan kemudian mencuci perlengkapan plus menyetrika biar wangi dan rapi,
“kan malu nanti pas lahiran baju babynya belum dicuci dan disetrika”, begitu
pesan bu bidan. Walau tidak banyak yang dipersiapkan, ternyata cukup menguras
tenaga, sampai ngos-ngosan, maklum mungkin karena perut sudah makin membesar.
Setelah dicuci
dan disetrika, saya siapkan tas yang akan dibawa ke Puskesmas saat perut sudah
kontraksi nanti. Isi tasnya yaitu alat-alat yang perlu dibawa/ digunakan dalam
persalinan, antara lain: jarik 2 buah (ternyata kurang, karena akhirnya butuh
4), pakaian berkancing/kemeja, pakaian dalam, pakaian ganti, pembalut, alat
mandi, pakaian bayi lengkap mulai dari kaos
kaki/tangan-popok-baju-topi-selimut-bedong-bantal, alat mandi bayi seperti
sabun-shampo-minyak telon, sapu tangan.
Tidak hanya
peralatan untuk D-Day melahirkan dan pasca melahirkan, fisik dan mentalpun saya
persiapkan. Senam hamil sebisanya,
sholat sunnah, baca surat-surat Al-Quran yang dianjurkan bagi ibu hamil, dan
doa sesungguh-sungguhnya.
Hari
berganti dengan cepat. Tak terasa sudah H-10 HPL. Tapi tanda-tanda melahirkan
belum nampak sama sekali. Saat cek di bidan hari Kamis (HPL saya jatuh pada
hari Selasa pecan depannya), kalau Kamis selanjutnya masih belum ada tanda apapun,
maka harus dilakukan tindakan. Khawatir? Jelas iya, karena ini kehamilan
pertama, saya sudah mencoba persiapkan segalanya demi melahirkan normal. Saat
H-seminggu itu memang tidak ada tanda-tanda yang saya alami. Perut kontraksi
palsu tidak, bercak darah tidak, keluar lendir tidak. Hanya doa yang saya
panjatkan.
Hari Sabtu
(2 hari setelah kontrol terakhir), saya mengikuti kelas hamil yang diadakan
puskesmas. Seharusnya dari awal kehamilan disarankan untuk ikut, tapi apa daya
ada tanggung jawab pekerjaan yang harus dilaksanakan. Kelas hamil setiap Sabtu
pagi, sedangkan saya masuk kerja sampai Sabtu siang.
Esoknya,
hari Minggu malam, entah karena apa saat masuk kamar mandi, brug!!!! Saya
terpeleset. Duh. . .semalaman gag bias tidur, takut terjadi apa-apa.
Alhamdulillah tidak ada keluar darah.
Keesokan
harinya, tibalah tanggal yang ditunggu-tunggu, 18 April 2016. Harap-harap
cemas.
Sampailah
pada pukul 11 malam, googling tentang “melahirkan telat HPL”, “agar lancar
persalinan”, sedikit khawatir kok sampai HPL malam belum ada tanda-tanda. Tapi
tetap bias stay cool karena mamak (ibu) bilang dulu 2 anaknya juga lahir telat
HPL bahkan lewat 10 hari dan Alhamdulillah baik-baik saja. Cukup menenangkan
hati, dan akhirnya memutuskan untuk tidur.
Tapi. . .di
saat tidur belum nyenyak, sekitar pukul 23.45 tiba-tiba kebelet pipis. Maka
terpaksa bangun dan BAK. Setelah BAK dan kembali merebahkan badan, eh kok. .
.gag bisa tidur. .karena eh karena perut bagian bawah sedikit nyeri seperti
saat mau mens begitu rasanya. Awalnya tidak terlalu terasa, lama-kelamaan
sakitnya lebih terasa, bahkan sampai pinggang. Mau bangunkan suami gag tega,
maka pergi ke kamar mamak untuk tanya. Kata mamak, kalau mau melahirkan rasanya
mules-mules gitu, sedangkan saat itu sama sekali gag mules, tapi nyeriiiiii
sekaliiiiii sampai tidak bisa tidur, mondar-mandir ke kamar-ruang tamu-dapur.
Ngantuk berat, tapi kalau dipakai rebahan sakitnya tak tertahankan. Maka
mencoba duduk dan menonton TV, sambil istighfar dan berdoa. Tetap tidak nyaman.
Paling nyaman saat itu ya mondar-mandir, tapi kaki jadi capek luar biasa,
karena seharian belum tidur.
Kegiatan di
atas berlangsung sampai paginya (otomatis gag tidur sampai pagi). Saat mau
sholat Shubuh pun rasanya hampir tidak mampu, pengin nangis karena saking sakitnya.
Dan. .saat itu, mulai tidak bisa control diri, bawaannya pengin marah aja ma
kakanda karena sakitnya itu loh. .Akhirnya mas suami memutuskan untuk ijin
tidak masuk kerja, karena kata mamak mungkin ini tanda mau melahirkan. Maka
pukul 8 pagi saya dan suami berangkat ke Puskesmas naik motor. Rasanya sudah
luar biasa nambahnya . .sesampainya di Puskesmas, diperiksa ternyata sudah
bukaan 3! What???? Alhamdulillah, ,sambil terus berdoa. Mas suami pun agak
gugup dan tegang sambil terus baca Quran. Karena bukaannya masih kecil, maka
bidan menyuruh untuk jalan-jalan sekitar Puskesmas. Sampai pukul 11, rasa
sakitnya semakin tak tertahankan, dan semakin tidak bisa control diri. Maka
diperiksa lagi ternyata bukaan 7. Saya disuruh berbaring oleh bidan, dan saat
itu. . .Subhanallah sakitnya campur aduk. .saking sakitnya sampai meracau gag
jelas (duh malunya kalau ingat yang bagian ini). Padahal jauh-jauh hari mamak
sudah berpesan kalau lahiran yang anteng, jangan berisik, tapi ternyata gagal
pas hari H L. Suami jadi
sasaran amuk (hehe, maap ya mas). Kemudian tak beberapa lama kemudian terdengar
suara PYOK!!! Seperti meletus, Keluarlah cairan lendir banyak sekali, Mas suami
kaget bukan kepalang, ternyata kata bidan itu ketubannya sudah pecah. Saat
diperiksa, ternyata sudah bukaan 9.
Tapi
ternyata, belum boleh ngeden saat itu. Malah saya disuruh makan dulu supaya
kuat nanti pas mengejan. Rasanya seperti mau BAB, tapi gag keluar. Akhirnya
saya bilang bidan bahwa saya sudah tidak kuat, maka bidan dan para asistennya mempersiapkan
alat. Saya diminta berbaring (posisi sebelumnya miring ke kiri), kedua kaki
ditekuk ke samping, dan bersiap mengejan. Mengejan kalau saat kontraksi terasa
sangat kuat, mengejan harus di bawah seperti BAB dan tanpa suara, bukan di
leher dan bersuara. Tapi tenyata tidak mudah dilakukan, bahkan saya beberapa
kali kram sehingga proses mengejan tertunda. Kemudian bidan melihat jam,
terlalu lama katanya, dari ketuban pecah sampai 1 jam bayi belum berhasil
dikeluarkan, saya sudah lemas karena sehari sebelumnya tidak tidur. Hingga
suatu ketika, bidan senior datang, dan saat saya mengejan, beliau membantu
mendorong dari arah bawah dada ke perut dan CULLLLLL! Kaget saya, seperti ada
yang melompat dari dalam tubuh saya, dan terdengar suara bayi. Masya Allah…tanpa
sadar saya menitikkan air mata. Perempuan, dan punya tanda lahir di pipi kiri.
Saya reflex memegangnya, tapi kata bidan belum boleh karena tangan saya kotor.
Maka sembari bayi dibersihkan, saya diminta mengejan lagi untuk mengeluarkan
plasenta. Jujur sodara-sodara, saat melahirkan tidak terasa
sakit,,,tapi,,,proses selanjutnya yang bikin gigit jari, eh gigit handuk,
karena jalan lahir kata bidan digunting diperlebar, ukuran kepala bayi termasuk
besar dan lilitan 1 (orang jawa bilang kalung usus). . .maka yang sobek harus
disatukan kembali bukan?dengan cara apa?jelas dengan jahitan. .sakitnya aw aw
aw karena memang tanpa bius ya. .
Setelah
selesai dijahit, bayi dibersihkan, kemudian bayi diletakkan di atas dada ibu
untuk Inisiasi Menyusu Dini. Di saat inilah, ,rasa haru dan bersyukur yang
teramat sangat saya ucapkan pada Allah swt. Kembali merenungi ayat di bawah
ini, Maha BESAR ALLAH.
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ طِينٍ
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari
suatu saripati (berasal) dari tanah."(Q.S. Al- mu'minun : 12)
ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ
"Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim)."(Q.S. Al- mu'minun : 13)
ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ ۚ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ
"Kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging,
dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk)
lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik."(Q.S. Al- mu'minun
: 14)